Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar

by -86 Views
Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar

Saya pertama kali bertemu dengan Pak Wismoyo Arismunandar ketika saya masuk Kopassandha. Beliau menjabat sebagai Wakil Asisten Pengamanan (Waaspam) Danjen Kopassandha berpangkat Letkol, sedangkan saya Letnan Dua.

Ketika itu, kami hanya tahu bahwa beliau adalah ipar Pak Harto. Istri beliau adalah adik Ibu Tien Soeharto. Awalnya, kami tidak begitu dekat dengannya. Namun pada tahun 1978, beliau menjadi Komandan Grup 1 Para Komando dari Kopassandha. Dengan demikian, beliau menjadi komandan grup kami. Saya pada saat itu adalah komandan Kompi 112. Saya mulai mengenal sosok Pak Wismoyo Arismunandar.

Beliau adalah seorang komandan yang sangat memengaruhi saya. Ajaran-ajaran beliau memengaruhi pribadi saya. Ajaran utama beliau kepada anak buahnya, selain patriotisme yang merupakan ciri khas angkatan ’45, adalah harus selalu berpikir, berbuat, dan bertutur kata yang baik. Jangan pernah membiarkan diri berpikir buruk tentang orang lain. Itulah ajaran beliau yang selalu melekat dalam hati saya.

Beliau juga selalu mengutamakan semangat dan kegembiraan. Karenanya, beliau selalu mendorong kami untuk semangat saat bertepuk tangan. Banyak senior dan rekan-rekan kami yang mengejek beliau karena begitu perhatian beliau terhadap persoalan bertepuk tangan ini. Bagi mereka, itu remeh temeh.
Padahal bagi saya, beliau benar. Menurut saya, hal-hal kecil seperti itu penting untuk menggembirakan hati dan memberikan semangat kepada pasukan dan diri kita sendiri.

Presiden Amerika Serikat ketika masuk Kongres, disambut dengan tepuk tangan meriah, dan hampir semua orang berdiri. Presiden Indonesia juga disambut dengan tepuk tangan ketika masuk ruangan DPR. Namun tidak ada keceriaan dan semangat yang dipancarkan. Padahal ini penting.

Nilai-nilai yang diajarkan oleh beliau sangat bermanfaat dan sesuai dengan budaya Indonesia dan budaya TNI. Beliau mengajarkan bahwa orang yang berani harus gembira. Beliau juga mengajarkan bahwa seorang pemimpin sekali-kali harus menghibur anak buahnya melalui bernyanyi, deklamasi, olahraga, dan lain-lain, karena anak buah selama ini sudah selalu menjalankan perintah komandan.

Bagi beliau, tidak penting apakah suara Komandan itu bagus atau jelek. Yang penting adalah niat Komandan untuk menghibur anak buah. Oleh karena itu, beliau sendiri juga melatih menyanyi.

Pada suatu saat, ada upacara di Kopassus. Beliau, sebagai KASAD, bertindak selaku inspektur upacara. Sementara saya, yang ketika itu menjabat Danpusdik Kopassus, sebagai komandan upacara. Sehari sebelum upacara, saya sudah merasa bahwa saya akan disuruh menyanyi oleh beliau.

Karena itu, sehari sebelum upacara, saya berlatih menyanyi di rumah. Saya memanggil keyboardist dan seorang yang sering mengirim penyanyi ke Kopassus. Saya berlatih menyanyikan lagu dari Ambon yang berjudul, “O Ulate.” Selain lagunya gembira, tidak terlalu sulit untuk dinyanyikan. Sampai puluhan tahun kemudian, itu menjadi lagu andalan saya.

Keyboardist tersebut menginformasikan bahwa mereka diundang ke Kopassus untuk mengisi acara besok. Ini kebetulan, semesta alam bekerja dan berpihak kepada saya. Jadi saya meminta dia memberikan isyarat kepada saya kapan mulai menarik suara setelah musik diputar besok. Namun, saat tampil besok, kami seolah-olah belum saling kenal.

Intuisi saya benar. Setelah upacara selesai, acara musik pun dimulai. Pak Wismoyo lalu memanggil saya dan meminta saya untuk bernyanyi. Saya menyatakan siap.

Orang-orang lalu menertawai saya, karena saya dianggap tidak bisa bernyanyi dan akan grogi ketika tampil. Namun, mereka langsung terkagum-kagum setelah saya membawakan lagu “O Ulate.” Padahal saya sudah berkoordinasi dengan pemain keyboardnya.

Filosofi yang saya terima dari ajaran Pak Wismoyo adalah bahwa orang yang berani harus gembira, harus semangat. Seorang pemimpin harus bisa menciptakan suasana yang gembira. Karena itu, Pak Wismoyo selalu menganjurkan agar pada saat kumpul-kumpul, pemimpin harus berada di tengah anak buahnya. Jika anak buah suka dangdut, maka pemimpin juga harus suka dangdut. Karena itu, Pak Wismoyo selalu menekankan “bersatunya pemimpin dan anak buah.”

Ajaran Pak Wismoyo selain memberikan ajaran-ajaran filosofis, beliau juga selalu memberikan contoh dan teladan. Pernah kami, pasukan beliau, hendak melakukan latihan terjun payung di Lampung. Meskipun lututnya sedang cedera, beliau tetap mau ikut. Akhirnya kami arahkan beliau untuk terjun ke arah danau, karena lebih baik beliau masuk danau dan basah kuyup daripada luka lututnya bertambah parah.

Beliau suka olahraga, renang, voli, dan menembak. Bahkan di kemudian hari, saya jadi salah satu penembak terbaik di Kopassus dan KOSTRAD. Setiap pertandingan menembak, beliau sering meminta saya untuk bergabung dalam timnya. Beliau juga selalu menyertakan Tono Suratman, Rasyid Qurnuen Aquary, Syaiful Rizal, dan Zamroni dalam tim KASAD.

Satu hal lagi yang membuat saya terkesan dengan beliau adalah saat saya akan berangkat operasi pertama sebagai Komandan Kompi pada akhir Oktober tahun 1978. Malam sebelum saya take off, beliau memanggil saya. Beliau menanyakan persiapan saya yang akan menjalankan operasi. Setelah saya menjelaskan bahwa peralatan sudah disiapkan, beliau masih bertanya apa lagi yang harus disiapkan. Ternyata, beliau mengingatkan saya untuk dekat kepada Tuhan yang Mahakuasa, dan memberikan saya sebuah sajadah.

Source: https://prabowosubianto.com/kepemimpinan-jenderal-tni-purn-wismoyo-arismunandar/

Source link