VICE ADMIRAL TNI POSTHUMOUS YOSAPHAT SUDARSO (YOS SUDARSO)

by -105 Views
VICE ADMIRAL TNI POSTHUMOUS YOSAPHAT SUDARSO (YOS SUDARSO)

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Yos Sudarso bercita-cita menjadi seorang prajurit sejak kecil, meskipun orang tuanya lebih memilihnya menjadi seorang guru. Yos Sudarso berhasil mewujudkan impian tersebut setelah pemerintah Jepang membutuhkan personel militer tambahan untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya.

Ia kemudian mengikuti pendidikan di Akademi Angkatan Laut di Semarang dan menjalani pendidikan militer kelautan dengan Angkatan Laut Jepang, dari mana ia lulus sebagai salah satu siswa terbaik. Ia kemudian bertugas di salah satu kapal militer Jepang.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat di sektor maritim (BKR Laut), yang kemudian menjadi bagian dari Tentara Nasional Indonesia.

Dalam karirnya, Yos Sudarso mengabdi dalam berbagai operasi militer untuk memberantas pemberontakan yang terjadi di wilayah Republik Indonesia. Ia memimpin beberapa Kapal Republik Indonesia (KRI) seperti KRI Rajawali, KRI Alu, KRI Gajah Mada, KRI Pattimura, dan KRI Macan Tutul. Pada tahun 1958, ia juga bertugas sebagai hakim di pengadilan militer selama empat bulan.

Pada akhir tahun 1961, Presiden Sukarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat (TRIKORA), yang termasuk operasi di Laut Aru dekat Maluku untuk mendukung misi pembebasan Papua Barat dari Belanda. Saat itu, Yos Sudarso menjabat sebagai Deputi Kepala Operasi Angkatan Laut (KSAL). Ada tiga KRI yang terlibat dalam operasi rahasia di perairan Maluku, yaitu KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan KRI Harimau. Yos Sudarso memimpin KRI Macan Tutul.

Tiga kapal perang besar dengan persenjataan lengkap milik armada perang Belanda mencurigai gerak-gerik Yos Sudarso dan tiga unit KRI yang beroperasi di Laut Aru. Yos Sudarso memerintahkan ketiga KRI untuk mundur sementara, namun Belanda mengira itu adalah manuver untuk menyerang dan kemudian membuka tembakan.

Mesin KRI Macan Tutul yang dipimpin oleh Yos Sudarso tiba-tiba mati di tengah upaya penyelamatan. Dengan pemikiran cepat, Yos Sudarso menyadari bahwa ia tidak dapat menyelamatkan kapalnya, namun ia dapat menyelamatkan dua kapal lainnya. KRI Macan Tutul yang dipimpinnya kemudian menempatkan diri di antara kapal perang Belanda sebagai perisai sehingga dua KRI lainnya bisa menyelamatkan diri. Tembakan kedua dari kapal Belanda menghantam KRI Macan Tutul, menimbulkan kebakaran, dan tenggelam perlahan.

Yos Sudarso gugur bersama 24 orang lainnya dalam misi dengan KRI Macan Tutul dalam pertempuran di Laut Aru. Ia mengorbankan nyawanya dalam garis tugas demi kepentingan negara pada usia muda 36 tahun.

Source link