Pasar mobil listrik di Cina semakin berkembang dengan pesat, terutama dalam hal inovasi teknis. Merek-merek di negeri Tirai Bambu ini terus berupaya meningkatkan kendaraan dan perangkat lunak mereka, mengambil inspirasi dari Silicon Valley. Fitur bantuan mengemudi yang dulunya hanya tersedia pada mobil kelas atas kini sudah bisa ditemukan pada mobil BYD yang harganya terjangkau. Namun, otoritas di Cina mulai mempertanyakan kecepatan perkembangan teknologi ini.
Pada bulan April, Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Cina mulai memberlakukan batasan untuk perusahaan-perusahaan mobil. Mereka melarang produsen menggunakan istilah yang menyesatkan seperti “mengemudi otonom” dan harus merujuk pada sistem kendaraan bantuan dengan tingkat yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk menghindari konsumen terbuai dan berpikir mobil mereka benar-benar bisa dikendarai secara otonom. Selain itu, produsen dilarang melakukan pembaruan melalui udara tanpa melalui proses yang ketat.
Langkah ini diambil setelah kecelakaan fatal yang melibatkan Xiaomi SU7 di mana fitur bantuan pengemudi digunakan sebelum mobil menabrak pembatas beton dan terbakar, menewaskan tiga orang. Peringatan dari kasus ini membuktikan betapa pentingnya pemahaman yang jelas tentang kemampuan teknologi otomotif. Hal ini mendorong pemerintah untuk mengatur dengan lebih ketat penggunaan teknologi bantuan pengemudi agar tidak menimbulkan risiko keselamatan. Langkah yang diambil oleh pemerintah Cina ini dipandang sebagai langkah cerdas yang seharusnya diikuti oleh negara lain di seluruh dunia.