Nissan memiliki tantangan besar setelah mengalami kesulitan finansial yang mengharuskan CEO baru perusahaan ini mengambil langkah-langkah drastis untuk memulihkan kondisinya. Keputusan untuk memangkas 20.000 pekerjaan, menutup tujuh pabrik, dan mengambil langkah-langkah lain untuk mengurangi biaya merupakan langkah awal yang diambil. Pada Financial Times’ Future of the Car Summit, Ivan Espinosa menjelaskan bahwa masalah ini muncul karena upaya Nissan untuk mencapai target penjualan delapan juta kendaraan per tahun terlalu ambisius. Rencana-rencana tersebut terbuat di bawah kepemimpinan Carlos Ghosn, yang juga menyebut Nissan dalam “situasi putus asa.”
Menurut Espinosa, Nissan menghabiskan banyak uang untuk meningkatkan kapasitas produksi dan tenaga kerja demi mencapai target tersebut. Setelah menderita kerugian finansial selama bertahun-tahun, Nissan memutuskan untuk melakukan pemangkasan biaya yang signifikan sebagai bagian dari rencana “Re:Nissan”. Strategi ini juga melibatkan penguatan hubungan dengan mitra perusahaan seperti Renault dan Mitsubishi.
Meskipun pemangkasan biaya dan aliansi dengan mitra bisnis merupakan langkah yang penting, Nissan juga membutuhkan produk-produk baru untuk memperbaiki kondisinya. Lebih dari 10 model baru direncanakan untuk pasar Amerika Utara, Eropa, Jepang, dan wilayah lainnya. Rencana pengembangan produk termasuk mobil listrik, crossover, dan SUV yang diharapkan dapat mendukung Nissan dalam pulih dari kesulitan finansialnya. Meskipun demikian, pembuat mobil Jepang ini harus tetap fokus pada menghadapi masalah keuangan dengan memprioritaskan SUV, sedan, dan minivan untuk memperbaiki neraca keuangannya. Dengan keyakinan dan langkah strategis yang tepat, Nissan berharap dapat bangkit kembali dan memperbaiki keadaan perusahaannya.