CATL, perusahaan baterai asal China, telah mendominasi industri baterai kendaraan listrik dunia hingga sepertiga. Bahkan, mereka juga memproduksi baterai untuk menyimpan listrik dari pembangkit. Sejak didirikan pada tahun 2011, CATL telah memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi China, terutama di wilayah Ningde.
Menurut laporan dari The Economist pada 20 Mei 2025, CATL berhasil mengumpulkan hampir US$5 miliar dari pencatatan sekunder di Hong Kong, menjadikannya penawaran saham terbesar saat ini. Investasi tersebut menarik minat investor sehingga harga saham CATL naik 16%, meskipun jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari kapitalisasi pasar perusahaan yang mencapai US$160 miliar. CATL berada jauh di depan pesaing terdekatnya, BYD, dengan volume produksi lebih dari dua kali lipat.
CATL saat ini sedang fokus memperkuat posisinya di pasar luar negeri, dengan pendapatan dari luar negeri meningkat hingga 30%. Mereka memiliki pelanggan terkenal seperti BMW, Toyota, dan Volkswagen. Perusahaan ini juga terlibat dalam proyek penyimpanan energi skala besar di berbagai negara, seperti di Uni Emirat Arab. Meskipun sebagian besar kapasitas produksi CATL berada di Tiongkok, mereka telah membuka pabrik di Jerman pada tahun 2023 dan berencana untuk memulai produksi di Hongaria tahun ini.
Dalam proyek terbarunya, CATL akan menginvestasikan sekitar US$6 miliar di Indonesia untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik. Proyek ini melibatkan seluruh rantai pasok baterai, mulai dari tambang nikel hingga fasilitas daur ulang baterai. CATL bekerja sama dengan perusahaan Indonesia seperti PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan BUMN untuk mewujudkan proyek tersebut. Meskipun nilai investasi CATL awalnya senilai US$1,2 miliar, namun mereka memutuskan untuk mengurangi investasi menjadi sekitar 6,9 GWH atau US$417 juta berdasarkan evaluasi perkembangan pasar mobil listrik di Indonesia. Proses bernegosiasi terus berlangsung untuk menyelesaikan perbedaan nilai investasi yang terjadi.