Bisnis wisata laut di Indonesia cenderung didominasi oleh pengusaha besar, demikian disoroti oleh Direktur Infrastruktur PT Perikanan Indonesia (Perindo), Muhammad Rizali Umarella. Dalam acara peluncuran buku berjudul ‘Dari Laut untuk Manusia’, Rizali menekankan bahwa laut memiliki karakter yang tidak selalu ramah untuk investasi jangka panjang tanpa strategi adaptif. Menurutnya, terdapat tantangan dalam berbisnis di laut karena adanya musim gelombang tinggi yang membuat kegiatan wisata seperti diving tidak dapat dilakukan sepanjang tahun. Rizali juga mencatat bahwa sebagian besar pelaku usaha diving merupakan pebisnis bermodal besar, sementara masyarakat lokal tidak memiliki ruang untuk berpartisipasi.
Namun, kondisi ini juga membawa inovasi dari masyarakat lokal, seperti contoh pola lama nelayan menggunakan sampan kecil untuk menjemput ikan dari perahu besar yang kini dimodifikasi menjadi ide bisnis baru seperti kayaking. Rizali menilai bahwa olahraga laut seperti kayaking dan surfing dapat menjadi solusi usaha wisata laut sepanjang tahun, khususnya saat musim ombak tinggi yang menghambat kegiatan diving. Dengan konsep ini, masyarakat lokal memiliki peluang untuk membangun bisnis yang berjalan secara berkelanjutan sepanjang tahun.
Rizali berharap inovasi-inovasi dari masyarakat lokal ini dapat menjadi inspirasi dalam pengembangan wisata laut berbasis komunitas dan berkelanjutan di masa depan. Dengan demikian, diharapkan adanya peningkatan partisipasi masyarakat lokal dalam industri wisata laut Indonesia.
