Proses pencarian pengganti Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sedang mengalami percepatan signifikan karena eskalasi militer dengan Israel dan Amerika Serikat. Berdasarkan informasi dari lima sumber internal, komite rahasia yang dibentuk dua tahun lalu oleh Khamenei sendiri sedang mempercepat perencanaan suksesi. Khamenei, yang berusia 86 tahun, saat ini dalam perlindungan pasukan elite Garda Revolusi, Vali-ye Amr, dan menerima pengarahan rutin tentang diskusi suksesi.
Dalam diskusi internal, dua nama utama muncul sebagai kandidat yang kuat untuk pengganti Khamenei, yaitu Mojtaba Khamenei dan Hassan Khomeini. Mojtaba Khamenei dikenal sebagai figur konservatif, sementara Hassan Khomeini lebih moderat. Namun, sejumlah pihak di internal kekuasaan menyadari bahwa penerus bergaris keturunan langsung dari Khamenei dapat memunculkan kekhawatiran tentang kembalinya sistem monarki. Sebaliknya, Hassan Khomeini dianggap dapat membawa perubahan pelan namun stabil sebagai figur transisi.
Ancaman terhadap Khamenei bukan hanya berasal dari usianya yang menua, tetapi juga dari luar negeri. Situasi semakin genting sejak serangan terbaru AS terhadap fasilitas nuklir Iran. Jika Khamenei wafat, proses penunjukan pemimpin baru bisa menjadi proses yang penuh tantangan, dengan kemungkinan munculnya nama yang tidak dikenal oleh Garda Revolusi.
Selain Mojtaba dan Hassan, beberapa nama lain telah tersingkir dari bursa suksesi. Proses suksesi ini mencerminkan sejarah Iran saat Khomeini wafat pada 1989. Siapapun yang menggantikan Khamenei akan menghadapi tantangan yang jauh lebih kompleks, baik dari dalam negeri yang dilanda krisis ekonomi dan ketidakpuasan rakyat, maupun dari luar negeri yang terus menekan Iran melalui sanksi dan tekanan militer.