![](https://portalberita.pro/wp-content/uploads/2025/06/asap-mengepul-saat-para-pengunjuk-rasa-berpartisipasi-dalam-demonstrasi-untuk-menandai-ulang-tahun-p.jpeg; charset="utf-8" "asap-mengepul-saat-para-pengunjuk-rasa-berpartisipasi-dalam-demonstrasi-untuk-menandai-ulang-tahun-p.jpeg-charsetutf-8")
Kenya, sebuah negara di Afrika Timur, sedang mengalami krisis ekonomi yang mendalam. Dampaknya terasa di seluruh negeri, dengan tingginya tingkat inflasi, lonjakan pajak, angka pengangguran yang meningkat, dan tingkat korupsi yang merajalela, membuat jutaan warga Kenya hidup dalam keputusasaan. Sekitar 40% penduduk Kenya saat ini hidup di bawah garis kemiskinan, terlihat jelas dengan penderitaan yang ada di jalanan ibu kota Nairobi.
Christine Naswa, seorang ibu lima anak yang berjualan sayur di pinggir jalan, mengungkapkan betapa sulitnya kondisi ekonomi Kenya. Dia sering kembali ke rumah tanpa uang sama sekali, membuat anak-anaknya merasa lapar dan dia merasa tidak bisa berbuat banyak. Meskipun pemerintah telah mencabut beberapa pajak melalui RUU keuangan, namun perubahan tersebut tidak memberikan dampak positif yang signifikan bagi warga.
Para pengusaha di Nairobi juga merasakan beban berat dari situasi ekonomi yang memburuk. Banyak di antara mereka mengeluh tentang kenaikan pajak yang dilakukan oleh pemerintah baru, menyebabkan ketidakpuasan yang semakin meningkat di tengah masyarakat. Pemerintah berdalih bahwa pajak diperlukan untuk membayar utang luar negeri dan menjaga stabilitas fiskal, namun masyarakat melihatnya sebagai beban yang tidak bisa mereka tanggung lagi.
Presiden Kenya saat ini, William Ruto, kehilangan kepercayaan publik karena tidak mampu memenuhi janji-janjinya dalam kampanye untuk mewakili rakyat kecil. Sementara itu, pengeluaran pemerintah untuk membayar bunga utang telah melebihi anggaran kesehatan dan pendidikan, menyebabkan kemarahan yang semakin meluas di masyarakat.
Harapan terakhir masyarakat Kenya kini tampaknya tertuju pada pemilu tahun 2027, namun dengan tingginya tingkat skeptisisme dan kekecewaan, banyak yang meragukan bahwa perubahan akan terjadi. Sementara itu, pemerintah berusaha untuk menghindari kenaikan pajak langsung yang dapat memicu gelombang unjuk rasa baru di tengah ketegangan sosial yang semakin memuncak di negara itu.
