Dalam sebuah Konferensi Tingkat Tinggi yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, pemimpin dari negara-negara BRICS menegaskan sikap mereka terhadap konflik global dan geopolitik yang sedang meningkat. Dalam pertemuan tersebut, mereka mengecam serangan terhadap Gaza dan Iran, serta menyarankan reformasi pada lembaga internasional. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, menganggap BRICS sebagai penerus Gerakan Non-Blok yang menolak bersekutu dengan kekuatan besar pada masa Perang Dingin. Dia memperingatkan bahwa saat ini multilateralisme sedang diserang dan kedaulatan harus dipertimbangkan kembali.
Para pemimpin BRICS juga mengecam serangan terhadap infrastruktur Iran dan Palestina, menyatakan kekhawatiran atas situasi rakyat Gaza, serta menentang serangan di Kashmir yang dikuasai India. Lula menyoroti kegagalan intervensi militer pimpinan AS di Timur Tengah dan pentingnya BRICS dalam memimpin reformasi pada lembaga internasional. Mereka juga menyoroti kebijakan proteksionis Presiden AS, Donald Trump, serta mendukung keanggotaan Ethiopia dan Iran di WTO.
Selain itu, dalam isu perubahan iklim, BRICS menunjukkan komitmen mereka dalam pelestarian hutan tropis. Negara-negara BRICS juga terus berupaya memperkuat posisi mereka di tengah fragmentasi global, dengan Indonesia yang baru saja berpartisipasi sebagai anggota penuh. Meskipun masih ada tantangan dalam membangun kesamaan visi di antara anggotanya, pertumbuhan koalisi ini menjadi penting dalam geopolitik internasional.