Produsen mobil, termasuk produsen besar seperti McLaren, sedang memilih untuk memperlambat rencana mereka dalam mengelektrifikasi line-up mereka. McLaren, di bawah kepemimpinan CEO baru Nick Collins, tidak merasa terburu-buru untuk meluncurkan mobil listrik meskipun telah merilis beberapa model hybrid. Meskipun program pengembangan sudah dimulai, McLaren tampaknya lebih memilih untuk tetap fokus pada mesin pembakaran internal untuk jangka waktu yang lebih lama.
McLaren bukan satu-satunya produsen mobil yang mengambil pendekatan yang hati-hati terhadap kendaraan listrik. Lamborghini juga telah menunda peluncuran mobil listriknya, sementara Audi, yang awalnya berencana untuk berhenti memproduksi mobil bensin pada tahun 2032, kini telah berubah haluan. Tren pembeli kelas atas yang masih lebih tertarik pada kendaraan berbahan bakar konvensional juga menjadi pertimbangan bagi produsen mobil.
Dengan insentif pajak federal di Amerika Serikat yang semakin berkurang dan ketidakpastian yang meningkat di pasar mobil listrik, produsen mobil seperti McLaren ingin memanfaatkan potensi kendaraan berbahan bakar konvensional yang masih diminati oleh sebagian pasar. Ini membuat McLaren dan produsen lainnya tidak merasa terlalu tergesa-gesa dalam menghadirkan line-up mobil listrik mereka. Dengan demikian, industri otomotif berada dalam masa transisi yang canggung, di mana fokus akan tetap pada mesin pembakaran internal untuk sementara waktu.





