Pengamat melaporkan bahwa banyak masyarakat terjebak pesona para caleg – Waspada Online

by -108 Views
Pengamat melaporkan bahwa banyak masyarakat terjebak pesona para caleg – Waspada Online

MEDAN, Waspada.co.id – Dalam kontes Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2024 mendatang, masyarakat diharapkan untuk memilih dan menyeleksi dengan benar para calon anggota legislatif (Caleg) yang dipilih dan akan menjadi wakil masyarakat selama lima tahun ke depan.

Pengamat Sosial dan Politik Universitas Negeri Medan (Unimed), Dr. Bakhrul Khair Amal, mengatakan bahwa masalah Caleg ini tentu saja berkaitan dengan yang meninggalkan dan ditinggalkan. Terutama, para Caleg ini visi misinya bergantung pada partai politik.

“Masalah Caleg tentang visi dan misi, memang caleg itu tergantung kepada ketua partai. Visi misi itu kan ada di partai, begitulah faktanya. Makanya, apatisme dan skeptisme masyarakat terhadap calon anggota legislatif, dan masyarakat itu sudah tidak melihat lagi pada pilihan-pilihan yang ideal,” kata Bakhrul saat diwawancarai, Minggu (31/12).

Bakhrul mengatakan, para Caleg ini mendekat dengan masyarakat ketika mendekati piala Pileg. Masyarakat diperlukan ketika ada kebutuhan, bukan diperlukan ketika ada program yang dilaksanakan, seringnya amnesia terhadap pemilihnya.

“Caleg ini bagian dari aspirasi masyarakat, ini konsep ideal dan kenyataan yang berbeda. Jadi yang ideal itu, seharusnya mereka menjadi keterwakilan masyarakat, namun yang terjadi mereka keterwakilan dan perwakilan unsur pribadinya,” ujarnya.

“Kalau kata Bung Karno, kalau ingin bicara politik, maka bicaranya masalah ekonomi. Yang terjadi dengan banyaknya para caleg, hanya menyelesaikan dan menambah pendapatan dalam taraf ekonominya sendiri, bukan persoalan politik,” sambungnya.

Bakhrul mengatakan, seringkali masyarakat ini dijadikan pilot project oleh Caleg. Namun begitu, ada juga yang murni, betul-betul calon anggota legislatif mendapat dukungan masyarakat ketika terpilih maupun sebelum dan sesudah terpilih.

“Ini dua persepsi ini harus kita lihat, jadi ada visi misi Caleg, komitmen konsisten. Ini kalau saya bilang, tampilan-tampilan ini drama semua ini. Seolah-olah janji yang diberikan itu adalah masa depan. Padahal janji yang diberikan itu belum tentu jadi masa depan,” sebutnya.

Namun demikian, Bakhrul mengatakan, nanti akan terjawab dengan sendirinya, berapa yang masuk digunakan untuk masyarakat setelah Caleg ini terpilih.

“Di sana nanti ada sosialisasi propaganda, ada sosialisasi empat pilar, ada sosialisasi narkoba dan sebagainya. Pertanyaannya sejauh mana signifikansi aktivitas, akuntabilitas dan transparansi terhadap pengguna terhadap pilihan-pilihan itu,” ungkapnya.

“Itu banyak problematika yang dapat kita break down, jadi memang kalau ditanya cara pemilihan Caleg itu, lebih cenderung pada primordial itu. Apakah primordial itu dibangun lewat emosional atau historikal, jadi ada perspektif partai politik, perspektif masyarakat dan perspektif Caleg,” tambahnya.

Di sisi lainnya, lanjut Bakhrul, pertanyaan yang muncul, apakah recruitment itu ada? Secara fit and proper test oleh partai politik pada Caleg, di situ sangat besar pendekatan subjektivitas, banyak juga yang bukan kader menjadi orang nomor satu dan nomor dua.

“Kalau itu istilahnya, apakah pola rekrutmen partai politik terhadap Caleg itu ditentukan dengan alat ukur, apa parameternya? Apakah sesuai dengan AD/ART partai politik, ternyata ada juga di luar partai yang masuk,” katanya.

Karena itu, kata Bakhrul, idealnya ketika ingin dipilih, maka harus dilihat rekam jejaknya. Sejauh ini yang terlihat memiliki rekam jejak adalah incumben. Pada titik ini masyarakat dapat memilah, memilih dan menyeleksi mana Caleg incumben yang inkonsistensi terhadap sebelum dipilih dan sesudah.

“Untuk yang baru, masyarakat mungkin lebih mengenal lagi, orang-orang nya, tidak sekadar dari halte istilahnya, tapi juga harus dari terminal. Maka pilihlah orang-orang yang dekat dikenal, diketahui integritasnya, independensinya, dan kemandiriannya,” sarannya.

Bakhrul juga menegaskan, bahwa Pileg ini bukan ajang untuk meningkatkan taraf pendapat Caleg, maka diharapkan masyarakat atau pemilih yang lebih jernih lebih objektif terhadap rasionalitas berpikir menentukan pilihannya.

“Jangan korban dari tebar pesona, atau pencitraan, hari ini banyak bantuan, banyak pemberian, seolah olah itu bagian sentuhan sentuhan pelukan pelukan, dan empati yang dibangun,” jelasnya.

“Masyarakat harus pintar menyeleksi, atau menggunakan alat ukur yang jelas, orang-orang yang tidak melupakan masyarakat, tidak amnesia sebelum terpilih dan sesudah terpilih, jadi kuncinya adalah konsisten,” pungkasnya.(wol/man/d1)

Editor: Rizki Palepi