Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

by -211 Views
Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

Pak Tarub adalah lulusan angkatan ’65. Saya pertama kali berinteraksi dengannya secara dekat ketika beliau menarik saya dari Kepala Staf Brigade menjadi komandan Pusdikpassus di Batujajar. Bagi saya, peristiwa ini merupakan sebuah kehormatan.

Saat menarik saya, beliau mengatakan, “Prabowo, coba kau benahi Batujajar. Kurikulum perbaiki. Buat tidak kalah dengan pasukan terbaik di dunia.” Misi itulah yang saya emban, dan dengan dukungan penuh dari beliau, saya melakukan perubahan kurikulum dan sistem latihan di Batujajar.

Sebelum menjabat komandan Pusdikpassus, saya meninjau beberapa pasukan khusus terbaik di dunia, seperti Delta Force di Amerika, SAS di Inggris, dan GSG9 di Jerman. Setiap kali saya berkunjung ke pasukan, yang selalu saya cari adalah kurikulum pelatihan dan pendidikan mereka. Dari Pak Tarub, saya belajar bahwa jika kita ingin menilai suatu pasukan, lihatlah kurikulum pendidikan mereka. Hitunglah berapa jam pelajaran untuk belajar taktik, teknik, dan sebagainya. Hitunglah berapa butir peluru yang dipakai dalam latihan menembak setiap prajurit. Dari sana, kita akan tahu kualitas pasukan itu. Dengan dukungan penuh dari Pak Tarub, saya memperbaiki mutu dan kurikulum pelatihan komando. Alhamdulillah, setelah sekian puluh tahun saya memantau, beberapa perubahan yang saya lakukan masih terus diterapkan di Batujajar.

Pak Tarub dikenal sebagai sosok yang periang, penuh humor, selalu persuasif, dan jarang marah. Beliau memiliki kepribadian yang halus. Ia disukai atasan, rekan, maupun anak buah.

Beliau terlihat di foto-foto daerah operasi sejak masih berpangkat kapten. Pak Tarub memiliki hobi menembak selain tentunya olahraga lainnya, terutama olahraga bela diri.

Seringkali, Pak Tarub memberikan tugas kepada saya. Namun, setelah memberikan tugas, beliau membiarkan saya menyelesaikan tugas tersebut tanpa banyak campur tangan. Hal ini memang yang saya rasakan, banyak senior yang memberikan tugas dan perintah, serta memberikan dukungan, namun tidak mengganggu pelaksanaan tugas.

Sifat ini kemudian saya terapkan sebagai cara saya dalam memimpin. Saya sering memberikan tugas kepada anak buah, dan membiarkan mereka menyelesaikan tugas tersebut. Tentu saja saya akan memberikan dukungan yang diperlukan, namun memberikan kebebasan kepada mereka untuk menyelesaikan tugas.

Sebagai seorang lapangan, saya tidak suka jika setiap langkah harus diatur, ditanya, atau diawasi. Ini kemudian saya lihat sebagai gaya kepemimpinan yang berhasil.

Di satuan-satuan yang aktif dan kuat, serta pasukan-pasukan dunia yang hebat, gaya kepemimpinan jenderal-jenderal hebat luar negeri adalah demikian. Mereka dikenal dengan istilah mission type order yang digunakan oleh tentara Jerman dan Amerika. Perintah yang diberikan hanya berupa tugas pokok, tanpa detail.

Hal ini juga yang saya pelajari dari Pak Sahala Rajagukguk saat mengendalikan saya pada tahun 1978, dalam operasi mengejar Lobato. “Kamu sampai di sini ini, lanjutkan pengejaran ke koordinat ini. Lalu kamu sudah tahu ya apa yang harus dilakukan. Ketemu lagi berapa hari dari sekarang dengan helikopter ini.” Ia selanjutnya langsung terbang, tanpa adanya perintah operasi yang bertele-tele. Itu juga yang saya pelajari dari Pak Tarub.

Source link