Joe Biden Lebih Dulu Membicarakan IKN RI Sebelum Heboh di Debat Capres

by -192 Views
Joe Biden Lebih Dulu Membicarakan IKN RI Sebelum Heboh di Debat Capres

Debat capres semakin memanas, kelanjutan pembangunan ibu kota negara (IKN) Nusantara menjadi topik hangat. Namun ternyata pembahasan menyoal IKN ini tak hanya ramai di dalam negeri saja, melainkan sempat disoroti Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. IKN nantinya akan menggantikan posisi Jakarta sebagai ibu kota negara. Salah satu alasan pemindahan ibukota ini adalah untuk mengurangi beban Jakarta dan Jabodetabek. Jakarta sendiri saat ini sedang mengalami permasalahan ekologis yakni penurunan tinggi permukaan tanah sehingga beberapa wilayah terancam tenggelam. Hal ini pun sempat disoroti Joe Biden dalam pidatanya di kantor Direktur Intelijen Nasional AS pada akhir Juli lalu, presiden negara adidaya itu menyebut bahwa Jakarta terancam tenggelam dikarenakan perubahan iklim yang saat ini sedang menghantui seluruh dunia. “Jika, pada kenyataannya, permukaan laut naik dua setengah kaki lagi, Anda akan memiliki jutaan orang yang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur…,” ujarnya sebagaimana dilihat di website Gedung Putih. “…Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?” Nyatanya, ucapan Biden ini bukan tanpa alasan. Data World Economic Forum yang dirilis World Statistics Minggu merilis beberapa kota yang mungkin tenggelam pada 2.100 bila tidak ada perubahan. Dikutip Minggu (24/12/2023), Jakarta bertengger di posisi pertama kota dunia yang akan tenggelam, diikuti Lagos, Nigeria, serta Houston, AS. Berikut lengkapnya:
1. Jakarta, Indonesia
2. Lagos, Nigeria
3. Houston, AS
4. Dhaka, Bangladesh
5. Venesia, Italia
6. Virginia Beach, AS
7. Bangkok, Thailand
8. New Orleans, AS
9. Rotterdam, Belanda
10. Alexandria, Mesir
11. Miami, AS Sebelumnya, Badan Antariksa AS NASA juga mengatakan meningkatnya suhu global dan lapisan es yang mencair membuat banyak kota di pesisir seperti Jakarta menghadapi resiko banjir. Luapan air laut yang semakin besar. “Masalah banjir itu juga semakin memburuk dalam beberapa dekade karena adanya pemompaan air tanah yang menyebabkan tanah tenggelam atau surut,” ujar badan yang berbasis di Washington itu. NASA mencatat bahwa kenaikan laut global yang rata-rata naik sebesar 3,3 mm per tahun dan adanya tanda badai hujan makin intens saat atmosfer memanas, NASA mengatakan banjir jadi hal biasa. Sejak tahun 1990-an bahkan banjir besar telah terjadi di Jakarta dan musim hujan 2007 membawa kerusakan dengan 70% wilayah terendam. NASA juga mengunggah gambar landsat yang menunjukkan evolusi Jakarta dalam tiga dekade terakhir. Adanya pembabatan hutan dan vegetasi lain dengan permukaan kedap air di daerah pedalaman di sepanjang sungai Ciliwung dan Cisadane telah mengurangi jumlah air yang dapat diserap. Ini juga yang menyebabkan adanya limpahan serta banjir bandang. Populasi wilayah Jakarta lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020 telah membuat lebih banyak orang yang memadati dataran banjir dengan resiko tinggi. Celakanya lagi, banyak saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala oleh sedimen dan sampah. Sehingga sangat rentan terhadap luapan. Salah satu gambar yang menunjukkan wilayah pada tahun 1990, lahan buatan dan pembangunannya baru menyebar ke perairan dangkal Teluk Jakarta. Salah satu analis data menunjukkan orang membangun setidaknya 1.185 hektar lahan bar di sepanjang pantai.