Sejarah Perpindahan Bangsa Yahudi ke Palestina (Bagian 5) – Berita Online Waspada

by -100 Views
Sejarah Perpindahan Bangsa Yahudi ke Palestina (Bagian 5) – Berita Online Waspada

Ekspansi dan Gangguan Terhadap Perdamaian

Oleh:
H. Mohammad Said (Alm)

Zionisme dan Penetrasi ke Palestina

Sejak awal abad ke-18, banyak sastrawan dan pengarang Yahudi yang telah menginspirasi golongan mereka untuk memiliki tanah air yang mereka impikan sepanjang masa. Mereka bercita-cita memiliki Palestina, yang dianggap sebagai “tanah air” yang dijanjikan sejak zaman Nabi Musa, meskipun tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya berada dalam kutukan Tuhan YME.

Ingatan panjang Yahudi terhadap bukit Zion di Palestina menjadi semakin kuat. Setiap orang Yahudi didorong untuk bermimpi pindah ke sana. Maka, munculah gagasan Zionisme, yang diprakarsai oleh penulis Yahudi Moses Ness dalam bukunya “Rome and Jerusalem” yang diterbitkan pada tahun 1862.

Pada tahun 1897, tokoh-tokoh Yahudi sepakat untuk menuntut tanah air mereka sendiri melalui Kongres Zionis pertama di Basel, Swiss, yang dipimpin oleh seorang wartawan Yahudi bernama Theodor Herzl. Kongres ini menetapkan tekad untuk mendapatkan Palestina sebagai tanah air mereka. Semua rencana telah disusun, di mana setiap orang Yahudi diminta untuk berpartisipasi aktif. Kongres ini membentuk World Zionist Organization sebagai organisasi global dan mempersiapkan segala cabang yang diperlukan.

Perang Dunia I menghasilkan dampak positif dan negatif bagi berbagai bangsa yang terlibat langsung maupun tidak. Inggris sendiri berutang budi kepada Yahudi atas kesuksesan mereka dalam perang. Seorang pemimpin Yahudi, Chaim Weizmann, yang menggantikan Herzl setelah kematiannya, menjalin hubungan intensif dengan pemerintah Inggris selama perang tersebut.

Weizmann berhasil meyakinkan Menteri Luar Inggris, Lord Arthur Balfour, untuk menerbitkan pernyataan pada tanggal 2 November 1917 yang dikenal sebagai “Deklarasi Balfour”. Deklarasi ini menyatakan perlunya tanah air nasional bagi orang Yahudi dan komitmen Inggris untuk membantu mewujudkannya, tanpa merugikan hak-hak masyarakat non-Yahudi di Palestina maupun hak politik orang Yahudi di negara lain.

Deklarasi Balfour diberikan saat perang sedang berlangsung, namun setelah perang, teman-teman sekutu Inggris dalam Konferensi San Remo tahun 1920 turut mendukung deklarasi tersebut. Bahkan, dalam perundingan di Tevre pada tahun yang sama, kesepakatan antara Amir Faisal dan Chaim Weizmann disetujui, yang mengizinkan kembalinya orang Yahudi ke Palestina dengan tetap menjaga hak-hak warga Arab.

Pada 20 Juni 1922, Kongres Amerika Serikat menyetujui Palestina sebagai tanah air bagi orang Yahudi, dengan tetap menjaga hak-hak warga non-Yahudi. Selanjutnya, pada 24 Juli 1922, Liga Bangsa-Bangsa (PNB lama) menetapkan Palestina sebagai mandat mereka yang diberikan oleh negara-negara pemenang perang dunia pertama. Inggris ditugaskan untuk mengelola Palestina sesuai dengan kepentingan mereka.

Dengan bantuan Inggris, orang Yahudi membanjiri Palestina. Pada tahun 1880, ketika Palestina masih di bawah kekuasaan Turki, hanya ada 30.000 orang Yahudi di sana. Namun, pada tahun 1919 jumlah mereka meningkat menjadi 65.000, dan pada tahun 1929, jumlah mereka melonjak menjadi 157.000.

Penulis adalah tokoh pers nasional dan pendiri Harian Waspada.

BACA JUGA:
– Sejarah Kedatangan Yahudi ke Palestina (Bagian 1)
– Sejarah Kedatangan Yahudi ke Palestina (Bagian 2)
– Sejarah Kedatangan Yahudi ke Palestina (Bagian 3)
– Sejarah Kedatangan Yahudi ke Palestina (Bagian 4)
– Sejarah Kedatangan Yahudi ke Palestina (Bagian 5)
– Semua Nama
– Fenomena X: 21-31
– Menurut Peta HENRY LANCE di BUNSENS