Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kembali menyoroti nilai ekspor dari hilirisasi nikel yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2023, nilai ekspor dari hilirisasi nikel mencapai US$ 34,8 miliar atau sekitar Rp 528 triliun.
Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Jokowi saat meresmikan Injeksi Bauksit Perdana ke Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 milik PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) di Mempawah, Kalimantan Barat, pada Selasa (24/9/2024).
Jokowi menyebut bahwa kebijakan Indonesia untuk melarang ekspor bahan mentah dan melakukan hilirisasi di dalam negeri seringkali mendapat tekanan dari negara maju, terutama terkait dengan nikel. Namun, untuk pelarangan ekspor bauksit tidak menimbulkan perlawanan dari negara lain.
Pembangunan SGAR Mempawah milik PT Borneo Alumina Indonesia ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai negara industri yang dapat mengolah sumber daya alam sendiri. Jokowi menekankan pentingnya mengolah bahan mentah sendiri untuk mendapatkan nilai tambah yang dirasakan oleh masyarakat dan negara.
Presiden Jokowi juga memberikan contoh terkait dengan nikel, di mana sebelum melakukan hilirisasi, nilai ekspor bijih nikel hanya sebesar US$ 1,4 miliar pada tahun 2020. Setelah dilakukan hilirisasi, nilai ekspor meningkat menjadi US$ 34,8 miliar, meningkatkan nilai tambah yang dimiliki oleh Indonesia.
Jokowi juga menyoroti impor aluminium yang mencapai 56% dari total kebutuhan dalam negeri. Dengan adanya SGAR Mempawah, diharapkan impor aluminium ini dapat dikurangi sehingga Indonesia dapat memproduksi sendiri dalam negeri tanpa kehilangan devisa yang besar akibat impor aluminium.
Dengan demikian, langkah-langkah hilirisasi seperti yang dilakukan oleh PT Borneo Alumina Indonesia diharapkan dapat menguatkan industri dalam negeri dan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia.