TAPANULI SELATAN, Waspada.co.id – Ruas jalan nasional yang menghubungkan Kota Padangsidimpuan dengan Sipirok, khususnya di Desa Situmba Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan, kini berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, Kamis (3/10).
Pantauan Waspada Online, permukaan aspal jalan yang bergelombang dan dipenuhi lobang-lobang besar serta genangan air menjadi ancaman serius bagi keselamatan pengendara dan warga sekitar. Masyarakat setempat terus mengeluhkan kerusakan yang kian parah, namun hingga kini perbaikan dari pemerintah terkait belum juga terealisasi.
Warga Desa Situmba, M Siregar (54), menyebutkan bahwa kerusakan jalan di daerah mereka sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Jalan yang semestinya menjadi urat nadi perekonomian kini berubah menjadi hambatan besar.
Kondisi jalan yang penuh lobang tidak hanya memperlambat arus lalu lintas, tetapi juga sering menyebabkan kecelakaan, terutama bagi pengendara roda dua. “Kami sangat berharap pemerintah segera turun tangan, karena setiap hari kami harus melintasi jalan yang membahayakan,” ungkap M Siregar.
Pengacara putra daerah Sipirok yang setiap pekan melintasi jalan nasional itu untuk acara persidangan kliennya di PN Padangsidimpuan, Bangun Siregar SH, mengatakan ruas jalan tersebut sangat vital bagi aktivitas perekonomian warga di Desa Situmba dan Sipirok sekitarnya.
Jalan ini merupakan jalur utama yang menghubungkan berbagai daerah di Tapanuli Selatan dan menjadi akses penting bagi distribusi barang, hasil pertanian, serta mobilitas masyarakat.
“Jika kerusakan ini dibiarkan, perekonomian masyarakat akan semakin terhambat. Barang yang seharusnya cepat sampai ke pasar jadi tertunda karena kondisi jalan yang buruk,” ungkap Bangun Siregar.
Lanjut Bangun Siregar, tidak jarang kendaraan besar seperti truk dan bus terjebak di lobang-lobang besar di tengah jalan. Hal ini menyebabkan kemacetan panjang, terutama saat hujan deras yang memperparah kerusakan jalan.
Lubang yang tertutup air sering kali menjebak kendaraan, membuat pengemudi sulit mengantisipasi kedalaman lubang. “Kondisi ini sangat berbahaya. Kami merasa terlupakan oleh pemerintah, padahal ini adalah jalan nasional,” ujarnya. (wol/acm/d2)
Editor: Rizki Palepi