Program transisi energi dan perubahan iklim terus menjadi sorotan di Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Menteri Energi AS, Chris Wright, telah mengumumkan niat pemerintahan Trump untuk mengubah kebijakan energi federal dengan fokus pada bahan bakar fosil dan kurang memperhatikan isu perubahan iklim. Langkah ini menandai perubahan signifikan dari kebijakan pro lingkungan sebelumnya di bawah presiden sebelumnya, Joe Biden.
Dalam sebuah konferensi di Cambridge Energy Research Associates (CERA), Wright menyatakan keinginan pemerintahan Trump untuk mengakhiri kebijakan yang dianggap tidak rasional terkait perubahan iklim. Sejak kembali ke Washington, Trump telah aktif merombak struktur ekonomi AS, dengan kebijakan energi menjadi salah satu fokus utama. Di sisi lain, eksekutif Trump juga mencoba menggeser Green New Deal dengan narasi “emas cair di bawah kaki kita”.
Namun, langkah-langkah ini tidak luput dari kritik. Aktivis lingkungan mengecam rencana Trump untuk meningkatkan produksi energi fosil, sementara tokoh industri seperti CEO Chevron, Mike Wirth, memperingatkan bahwa pendekatan ekstrim bukanlah solusi jangka panjang dalam industri ini. Sementara itu, pembicaraan seputar investasi dalam energi dan perubahan iklim tetap menjadi perhatian, dengan berbagai pihak menjelaskan tantangan dan ketidakpastian yang dihadapi.
Meskipun Trump terus memainkan kartu energi fosil sebagai bagian dari agenda pemerintahannya, divergensi pandangan dan ketidakpastian tetap menggelayuti sektor energi di AS. Isu perubahan iklim dan keberlanjutan tetap menjadi batu sandungan dalam agenda energi Trump di tengah kebutuhan akan kepastian dan konsistensi di sektor energi yang padat modal. End.