Singapura sedang dihebohkan dengan munculnya kelompok supremasi Asia Timur, di mana seorang remaja Singapura telah ditangkap karena diduga berencana menyasar puluhan umat Muslim di luar beberapa masjid negara itu. Departemen Keamanan Dalam Negeri (ISD) mengungkapkan bahwa remaja laki-laki berusia 17 tahun tersebut telah ditangkap pada bulan Maret lalu. Remaja tersebut memuji Brenton Tarrant, pelaku penembakan di masjid-masjid di Selandia Baru pada tahun 2019, yang membuat ISD khawatir.
ISD menyatakan bahwa remaja tersebut membentuk kelompok Supremasi Asia Timur dan merencanakan serangan terhadap lima masjid di Singapura setelah salat Jumat. Rencananya adalah untuk membunuh minimal 100 Muslim dan menyiarkan serangannya secara langsung. Selain itu, ia juga telah melakukan upaya untuk mendapatkan senjata dan melakukan kontak daring dengan individu lain yang memiliki rencana serupa.
Ini bukanlah kasus pertama di Singapura, negara multikultural tersebut pernah mengalami beberapa kasus serupa dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mencakup penangkapan seorang remaja yang merencanakan serangan penusukan terinspirasi oleh kelompok ISIS di tahun sebelumnya. ISD juga telah menempatkan gadis berusia 15 tahun di bawah perintah pembatasan karena keterlibatannya dengan pendukung ISIS di luar negeri.
Menteri Dalam Negeri K Shanmugam mengungkapkan keprihatinannya terhadap meningkatnya radikalisme dan ekstremisme di kalangan kaum muda melalui internet. ISD menyoroti bahwa proses radikalisasi dapat terjadi dengan cepat, seperti yang terjadi pada kasus remaja 15 tahun yang hanya membutuhkan beberapa minggu. Shanmugam juga mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap tanda-tanda peningkatan radikalisme di kalangan remaja.