Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus mengobarkan tarif baru kepada sejumlah negara, terutama China, yang berdampak signifikan terhadap perekonomian global. Akibatnya, sejumlah pihak mulai merasa resah dengan langkah-langkah yang diambil oleh Trump dan meminta agar tarif tersebut dihentikan. Hal ini terlihat dari berbagai perkembangan terbaru, termasuk permintaan dari pemerintah China kepada maskapainya untuk menunda pesanan pesawat dari produsen AS, Boeing.
Tak hanya itu, perang dagang antara China dan AS juga memengaruhi industri aviasi di Negeri Paman Sam serta mengancam penurunan permintaan minyak global. Selain itu, Presiden China Xi Jinping melakukan kunjungan kenegaraan ke Malaysia sebagai upaya untuk mencari partner dagang baru dan mengurangi ketegangan perdagangan dengan AS.
Sementara itu, produsen alat telekomunikasi Swedia, Ericsson, mengalami lonjakan laba bersih namun tetap menyatakan ketidakkebalan mereka terhadap perang dagang yang tengah berlangsung. Di sisi lain, sektor farmasi dan teknologi tinggi menjadi sorotan baru Trump dalam pengumuman tarif baru yang merupakan bagian dari penyelidikan keamanan nasional terhadap sektor farmasi dan semikonduktor.
Hal ini membuat produsen AS di Indonesia, seperti Nike, Levi, dan Gap, menjadi korban baru dengan potensi kenaikan harga pada produk-produk mereka di AS. Akankah situasi ini terus berlanjut atau ada titik tengah yang bisa dicapai antara kedua negara tersebut? Tetap terhubung untuk mendapatkan informasi terkini seputar perkembangan perang dagang yang terjadi.