Korban Tarif Trump: Produsen Jepang Merana

by -18 Views

Tarif yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap produk otomotif sudah mulai dirasakan dampaknya oleh sejumlah pihak, terutama produsen otomotif Jepang seperti Toyota, Nissan, dan Subaru. Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, menyebut tarif AS, termasuk 25% untuk mobil, sebagai “krisis nasional” bagi ekonomi Jepang. Hal ini membuat negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, harus pergi ke Washington untuk melakukan pembicaraan ketiga.

Kebijakan tarif ini diprediksi akan berdampak pada para pemasok lokal dari produsen otomotif tersebut. Beberapa waktu lalu, Toyota, Nissan, dan Ford telah mengirim surat ke cabang AS dari beberapa pemasok Jepang untuk meminta kerja sama dalam menghadapi tarif. Nissan telah memberi tahu pemasok agar mematuhi harga yang telah disepakati sebelumnya dan menawarkan bantuan hingga empat minggu untuk mengamankan rantai pasokan mereka.

Toyota juga bertekad untuk melindungi pemasok, dealer, dan karyawannya dari dampak tarif ini. Mereka bekerja sama dengan pemasok untuk mengidentifikasi langkah-langkah mitigasi yang diperlukan. Ford juga bekerja sama dengan pemasok untuk menilai risiko dan mengkonfigurasi ulang proses dan sumber daya mereka. Seorang pemasok Subaru Corp bahkan mengungkapkan bahwa mereka telah mempertimbangkan untuk mencari mitra yang berekspansi di luar AS.

Meskipun produsen otomotif menawarkan dukungan kepada pemasok, kebanyakan pemasok masih merasa khawatir dengan masa depan mereka di tengah kondisi tarif ini. Salah satunya adalah Kyowa Industrial, sebuah perusahaan yang memproduksi suku cadang mobil dan berpusat di Takasaki, Jepang. Mereka berusaha untuk mendiversifikasi ke industri perangkat medis sebagai upaya untuk mengatasi dampak tarif ini.

Dengan kondisi pasar yang tidak pasti, pemasok seperti Kyowa sedang dalam pembicaraan dengan distributor potensial di Singapura dan Hong Kong. Hal ini menunjukkan bahwa para pemasok otomotif Jepang harus beradaptasi dengan kondisi baru yang diakibatkan oleh kebijakan tarif AS yang diterapkan oleh Trump.

Source link