Situasi krisis kemanusiaan di Sudan semakin memburuk setelah pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dan milisi sekutu melancarkan serangan ke kamp-kamp pengungsi di wilayah Darfur. Serangan brutal ini telah menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk 20 anak-anak dan sembilan pekerja kemanusiaan. Berdasarkan laporan resmi PBB, kamp Zamzam dan Abu Shorouk, serta kota El-Fasher yang merupakan titik perlindungan bagi lebih dari 700.000 pengungsi, menjadi sasaran utama serangan tersebut.
Menyikapi kejadian tragis ini, Clementine Nkweta-Salami, Koordinator Kemanusiaan dan Perwakilan Tetap PBB untuk Sudan, mengutuk aksi kekerasan tersebut dan menyerukan agar pelaku segera menghentikannya. Dari sembilan pekerja kemanusiaan yang tewas, enam di antaranya adalah tenaga medis Relief International yang bertugas di kamp Zamzam. Serikat Dokter Sudan menjelaskan bahwa ini adalah tindakan kriminal yang tidak bisa diterima, langsung menyalahkan RSF atas tragedi tersebut.
Krisis kemanusiaan di Sudan kini mencapai titik terparahnya, dengan sekitar 25 juta orang menghadapi kelaparan ekstrem. Pasukan RSF juga telah dilaporkan meningkatkan serangan ke kota El-Fasher, mempersulit distribusi bantuan kemanusiaan dan menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi kekerasan lebih lanjut. Laporan dari Amnesty International menambah kekhawatiran dengan mengungkap praktik kekerasan seksual yang sistematis oleh RSF, termasuk pemerkosaan berkelompok sebagai strategi perang.
Keadaan di Sudan semakin tegang dan penuh ketidakpastian, dengan komunitas internasional dipinta untuk segera bertindak menghadapi situasi yang semakin memburuk. Diperlukan langkah-langkah konkret untuk menghentikan kekacauan dan memberikan perlindungan bagi pengungsi yang menjadi korban perang tersebut.